Merayakan Hari Raya Idul Adha 1432 H Penuh Makna
Di SMP Negeri 4 Magetan
Idul Adha 1432 H/2011 M tahun ini tepatnya tanggal 6 Nopember 2011, dirayakan hampir serempak diseluruh
tanah air, begitu juga segenap warga SMP Negeri 4 Magetan juga ikut menyambut
datangnya Hari Raya umat muslim ini.
Tahun ini SMP Negeri 4 Magetan juga melaksanakan penyembelihan hewan
kurban, yaitu 2 ekor sapi dan 1 ekor kambing yang merupakan hewan kurban dari
siswa-siswi serta guru SMP Negeri 4 Magetan.
Diharapkan dalam
pelaksanaan kurban tahun ini seluruh siswa-siswi, guru dan warga sekolah dapat
mengambil hikmah dari keindahan dan keikhlasan dalam berkurban. Daging hewan
kurban selanjutnya dibagikan kepada siswa-siswi yang berhak menerima, warga
sekitar sekolah dan para fakir miskin.
Semarak Hari Raya Idul
Adha 1432 H/2011 M juga dimeriahkan dengan pawai takbir keliling yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Magetan dan diikuti oleh seluruh
instansi sekolah di Magetan. Tidak
ketinggalan juga SMP Negeri 4 Magetan ikut ambil bagian dalam pawai takbir
tersebut, dengan mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil secara semangat dan
kompak peserta takbir SMP Negeri 4 Magetan menyusuri rute pawai takbir di
jalan-jalan protokol, sambutan masyarakat sangat antusias saat peserta takbir
dari SMP Negeri 4 Magetan lewat.
Suasana yang dirasakan pada hari raya Idul
Adha tentunya berbeda dengan perayaan hari raya Idul Fitri yang kita rayakan
sebelumnya. Perbedaannya itu adalah karena Idul Adha memiliki nilai historis
yang begitu mendalam. Idul Adha atau yang sering kita kenal dengan Idul Kurban,
mengingatkan kepada kita bagaimana proses perjuangan yang dilakukan oleh Nabi
Allah Ibrahim as. Dimana nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih
putranya sendiri, yang bernama Ismail as, putra yang ditunggu-tunggu selama
bertahun-tahun.
Di sinilah nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara
melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati yang dicintainya,
sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena ketakwaan dan kecintaan nya
kepada sang Kholiq melebihi segalanya, maka perintah tersebut beliau laksanakan
juga, walau pada akhirnya nabi Ismail as digantikan dengan seekor hewan kurban.
Dari sini kita mendapatkan pelajaran yang
sangat bermakna bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan di dalam
kehidupan dunia dan di akhirat nanti kita harus rela berkorban. Makna berkorban
adalah memberikan sesuatu untuk menunjukkan kecintaan kepada orang lain,
meskipun harus menderita. Orang lain itu bisa anak, orang tua, keluarga,
saudara sebangsa dan setanah air. Ada pula pengorbanan yang ditunjukkan kepada
agama yang berarti untuk Allah SWT dan inilah pengorbanan yang tinggi nilainya
sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Nabiyulloh Ibrahim as sehingga beliau
mendapatkan predikat Kholilulloh (kekasih Allah SWT), karena telah mampu
mengorbankan sesuatu yang dicintainya yang berupa anak , demi mencapai
kecintaan kepada Allah SWT. Ini sesuai dengan firman Allah SWT : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran : 92).
Peristiwa di atas adalah menjadi titik awal
dianjurkannya perintah untuk berkurban bagi umat Islam, terutama bagi orang
yang mampu. Maka dengan adanya perintah berkurban tersebut, kita sebagai umat
muslim dituntut untuk tidak hanya melaksanakan ritual keagamaan semata, atau
tidak hanya sekedar melaksanakan perintah Tuhan, akan tetapi kita juga diberi
kesempatan untuk memanifestasikan rasa solidaritas kita kepada sesama. Dengan cara
membagi-bagikan daging kurban kepada fakir miskin dan kaum dhuafa di sekitar
tempat tinggal kita. Artinya daging kurban tersebut tidak hanya dinikmati oleh
saudara atau orang terdekatnya saja. tetapi benar-benar dinikmati oleh
orang-orang yang membutuhkan. Orang yang sehari-harinya makan daging adalah
makanan yang langka bagi mereka.
Idul Adha yang menjadi momentum sejarah
telah mengajak umat Islam kepada pola kehidupan sosial yang agamis dengan
membangun kekuatan spritualitas diri yang tinggi yang terbentuk dalam bentuk
pengabdian yang tulus akan perintah-perintah Allah swt, demi kemaslahatan dan
kebersamaan di antara umat Islam.
Di sisi lain sejarah Hari Raya Kurban juga mengingatkan kepada kita Bahwa kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara tiba-tiba di luar perkiraan kita. Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan dunia ini hal-hal yang kita cintai justru malah cepat pergi dari kita, sebaliknya hal-hal yang kita benci malah datang terus kepada kita. Maka Allah menyebut kesenangan dunia ini dengan kesenangan yang menipu ( mata’u al ghurur ), karena akan sirna bahkan berubah menjadi malapetaka, jika cara mengolahnya tidak sesuai tuntunan Allah swt. Allah swt berfirman : “Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20)
Di sisi lain sejarah Hari Raya Kurban juga mengingatkan kepada kita Bahwa kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara tiba-tiba di luar perkiraan kita. Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan dunia ini hal-hal yang kita cintai justru malah cepat pergi dari kita, sebaliknya hal-hal yang kita benci malah datang terus kepada kita. Maka Allah menyebut kesenangan dunia ini dengan kesenangan yang menipu ( mata’u al ghurur ), karena akan sirna bahkan berubah menjadi malapetaka, jika cara mengolahnya tidak sesuai tuntunan Allah swt. Allah swt berfirman : “Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20)
Tetapi perlu diingat juga bahwa tidak
setiap perkara yang kita benci pasti membawa mudharat bagi kehidupan kita.
Terkadang yang terjadi adalah sebaliknya, musibah yang kita anggap akan
mendatangkan malapetaka, ternyata malah membawa kita kepada kesuksesan besar di
dalam hidup ini. Kita lihat umpamanya, yang dialami oleh nabi Ibrahim as,
ketika diperintahkan Allah swt untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih
kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air. Sebagai
manusia, tentunya nabi Ibrahim tidak ingin mengerjakan hal tersebut kalau bukan
karena perintah Allah SWT. Sesuatu yang tidak dikehendaki nabi Ibrahim tersebut, ternyata
telah menjelma menjadi sebuah ibadah haji yang di kemudian hari akan diikuti
berjuta –juta manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air zamzam yang
dapat menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Begitu
juga, ketika nabi Ibrahim as. diperintahkan untuk menyembelih anaknya Ismail,
yang sangat dicintainya. Setiap orang yang masih mempunyai hati nurani yang
sehat, tentu sangat tidak senang jika diperintahkan menyembelih anaknya
sendiri. Tapi apa akibatnya ? Ketika kedua-duanya pasrah, Allah membatalkan
perintah tersebut dan menggantikannya dengan kambing.
Dari peristiwa ini, akhirnya
umat Islam diperintahkan untuk berkurban setiap datang hari raya Idul Adha.
Memang, kadang sesuatu yang kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita
sendiri. Allah berfirman : “Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216)
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita haru sabar dan tawakal, serta menyerahkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri.
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita haru sabar dan tawakal, serta menyerahkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri.
Selamat Hari Raya Idul Adha Penuh Makna 1432 H/2011 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar